Selasa, 12 Maret 2013

Cewek KW: #Love

Cewek KW: #Love: Pernahkah Anda kehilangan sesuatu yang sangat berharga dari Anda? Saat cincin kesayangan Anda hilang, pasti ada rasa sedih dan kecewa. Saat ...

Senin, 11 Maret 2013

Ponkesdes Lombok Wetan: Kewenangan Bidan Sesuai Permenkes Nomor 1464 Tahun...

Ponkesdes Lombok Wetan: Kewenangan Bidan Sesuai Permenkes Nomor 1464 Tahun...: Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor 1464/Menkes/Per/X/2010 tentang Izin dan Penyelenggaran Praktik Bidan, kewen...

Makalah Peranan nilai-nilai Pancasila dalam Perkembangan Pendidikan di Indonesia



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Dalam dunia Pendidikan di Indonesia peran Pancasila sangat dibutuhkan. Karena  Pancasila sebagai pedoman pelaksanaan pembaharuan sistem pendidikan memiliki peranan yang sangat penting yaitu diharapkan mampu mendukung upaya mewujudkan kualitas masyarakat Indonesia yang maju dan mampu menghadapi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pendidikan adalah investasi jangka panjang, pendidikan adalah tanggung jawab bersama, wajib Belajar Sembilan Tahun merupakan implementasi dari pancasila sebagai ideologi negara yang merupakan program bersama antara pemerintah, swasta dan lembaga-lembaga sosial serta masyarakat. Penuntasan Wajib Belajar Sembilan Tahun adalah program nasional. Oleh karena itu, untuk mensukseskan program itu perlu kerjasama yang menyeluruh antara antara pemerintah, swasta dan lembaga-lembaga sosial serta masyarakat,karena program ini sangat baik untuk meningkatkan kesadaran dan tanggung jawab kita semua terhadap masa depan generasi penerus bangsa yang berkualitas serta upaya mencerdaskan kehidupan bangsa.

B.     Perumusan Masalah
1.      Apakah pengaruh nilai-nilai Pancasila dalam Pengembangan Pendidikan di Indonesia?
2.      Bagaimanakah cara pemerintah untuk meningkatkan mutu Pendidikan di Indonesia?


C.     Tujuan
1.      Untuk mengetahui pengaruh nilai-nilai Pancasila dalam Pengembangan Pendidikan di Indonesia?
2.      Untuk mengetahui cara pemerintah untuk meningkatkan mutu Pendidikan di Indonesia?

D.    Manfaat
1.      Mahasiswi kebidanan
Agar mahasiswi dapat menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam Pelayanan Kesehatan.
2.      Institusi pendidikan
Dapat menambah bahan pustaka bagi lembaga pendidikan tentang Peranan nilai-nilai Pancasila dalam Perkembangan Pendidikan di Indonesia.
3.      Masyarakat
Dapat memberikan manfaat sebagai bahan pengetahuan masyarakat tentang Peranan nilai-nilai Pancasila dalam Perkembangan Pendidikan di Indonesia.











BAB II
PEMBAHASAN

Untuk meningkatkan kualitas Pendidikan Indonesia yang sesuai dengan Peranan Nilai-nilai Pancasila Pemerintah menyelenggarakan Program Wajib Belajar 9 Tahun adalah:
1. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa
Peranan sila pertama sangat berpengaruh dalam dunia pendidikan. Dalam kegiatan belajar-mengajar siswa akan diajarkan berbagai macam ilmu mulai dari penjaskes, Pkn (pancasila dan Kewarganegaraan), kesenian, biologi, fisika dan lainnya salah satunya agama. Dalam pendidikan agama akan dibahas lebih dalam lagi mengenai ajaran agama tentunya sesuai dengan agama yang dianut oleh masing-masing siswa.
Sehingga ditegaskan bagi setiap warga Indonesia terutama bagi warga yang sudah berkeluarga itu mengharuskan anak-anak untuk bersekolah, karena sekolah sebagai salah satu sarana untuk pengembangan diri. Tetapi masih saja banyak warga Indonesia yang tidak menjalankan perintah ini dengan alasan tidak mampu dalam membiayai anaknya. Oleh sebab itu keseimbangan antara pendidikan dunia maupun agama itu sangatlah berarti dalam kehidupan setiap manusia. Sehingga dengan tolak ukur bahwa pendidikan itu sangat penting bagi suatu bangsa maka pemerintahan melaksanakan sekolah gratis wajar 9 tahun.
 Hal tersebut tidak lepas dari sumber daya manusianya yang berkualitas. Sehingga peran pendidikan sangat penting karena sebagai sarana dalam mengembangkan potensi dari setiap warga Negara. Peran dari bidang pendidikan adalah menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas serta menjadikan siswanya memiliki akhlak yang baik.

2. Sila Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab
Pendidikan memainkan peranan penting dalam pengembangan kemampuan dan pembentukan karakter yang menjadi landasan utama bagi terciptanya manusia Indonesia yang mampu hidup dalam zaman yang selalu berubah.Sistem pendidikan nasional harus dapat memberi pendidikan dasar bagi setiap warga negara Republik Indonesia, agar masing-masing memperoleh sekurang-kurangnya pengetahuan dan kemampuan dasar, yang meliputi kemampuan membaca, menulis dan berhitung serta menggunakan bahasa Indonesia, yang diperlukan oleh setiap warga negara untuk dapat berperanserta dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Maka diharapkan Setiap warga negara mengetahui hak dan kewajiban pokoknya sebagai warga negara serta memiliki kemampuan untuk dapat memenuhi kebutuhan diri sendiri, ikut serta dalam upaya memenuhi kebutuhan masyarakat, dan memperkuat persatuan dan kesatuan serta upaya pembelaan negara. Pengetahuan dan kemampuan ini harus dapat diperoleh dari sistem pendidikan nasional. Hal ini dimaksudkan untuk memberi makna pada amanat Undang-Undang Dasar 1945, BAB XIII, Pasal 31 ayat (1) yang menyatakan, bahwa "Tiap-tiap warga negara berhak mendapat pengajaran".
Warga negara Indonesia berhak memperoleh pendidikan pada tahap manapun dalam perjalanan hidupnya --pendidikan seumur hidup--, meskipun sebagai anggota masyarakat ia tidak diharapkan untuk terus-menerus belajar tanpa mengabdikan kemampuan yang diperolehnya untuk kepentingan masyarakat. Pendidikan dapat diperoleh, baik melalui jalur pendidikan sekolah maupun jalur pendidikan luar sekolah.
Pembelajaran pancasila di sekolah dasar menjadi sangat penting, karena mengingat pancasila merupakan jiwa dari seluruh rakyat Indonesia. Hal ini mengandung makna bahwa di dalam pancasila mengandung jiwa yang luhur, nilai-nilai yang luhur dan sarat dengan ajaran moralitas. Dengan adanya program pemerintah yaitu program wajib belajar 9 tahun dapat memberikan pengajaran tentang makna dan dasar-dasar Pancasila.
Pembelajaran di sekolah dapat memberikan informasi bagaimana melaksanakan kewajiban dan Hak-hak yang dimiliki sesuai dengan koridor yang seharusnya. Manusia itu dilahirkan mempunyai hak yang tidak dapat dirampas dan dihilangkan. Hak-hak itu harus dihormati oleh siapapun. Golongan manusia yang berkuasa tidaklah diperkenankan memaksakan kehendaknya yang bertentangan dengan hak seseorang.

3. Sila Persatuan Indonesia
Negara Indonesia adalah Negara yang sedang berkembang. Dibutuhkan sumber daya masyarakat yang bagus untuk membuat Indonesia menjadi semakin berkembang. Dibutuhkan pula persatuan yang erat antar sesama warga negara. Dengan adanya pendidikan maka dapat dijadikan sarana untuk meningkatkan persatuan dengan pola pikir pancasila yang selalu diterapkan dilingkungan pendidikan.
Sila “Persatuan Indonesia” harus dijadikan sebagai dasar persatuan dikalangan intelektual dan harus selalu diterapkan dalam lingkungan pendidikan, terutama saat Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang dicanangkan dalam program Wajib Belajar 9 Tahun.

4. Sila Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan/Perwakilan
Wajib belajar 9 tahun yang merupakan salah satu program yang gencar di galangkan oleh Departemen Pendidikan Nasional (DEPDIKNAS). Diwajibkan setiap warga Negara untuk bersekolah selama 9 tahun, pada jenjang pendidikan dasar yaitu dari tingkat kelas 1 sekolah dasar (SD) / Madrasah Diniyah (MI) hingga kelas 9 sekolah menengah pertama (SMP) atau Madrasah Tsanawiyah (MTS).
Pendidikan merupakan satu aspek penting untuk membangun bangsa. Hampir semua bangsa menempatkan pembangunan pendidikan sebagai prioritas utama dalam Program Pembangunan Nasional. Sumber daya manusia yang bermutu yang merupakan Produk Pendidikan dan merupakan kunci keberhasilan suatu Negara.
Mendiknas menargetkan wajib belajar 9 tahun kepada seluruh anak Indonesia, tanpa kecuali. Berdasarkan sila keempat Pancasila : Kerakyatan Yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan :
Semua kebijakasanaan pemerintah harus berdasarkan kebutuhan rakyat. Semua kebijaksanaan yang pemerintah buat harus berdasarkan kesepakatan rakyat (yang diwakili oleh wakil rakyat di parlemen).Salah satu kebijaksanaan tersebut adalah Program Wajib Belajar 9 tahun yang telah diberlakukan pada tahun 2009. Banyak pendapat pro-kontra yang tersebar di tengah-tengah masyarakat luas.
Program Wajib Belajar 9 Tahun harus merupakan program bersama antara pemerintah, swasta dan lembaga-lembaga sosial serta masyarakat. Upaya-upaya untuk menggerakkan semua komponen bangsa melalui gerakan nasional dengan pendekatan budaya, sosial, agama, birokrasi, legal formal perlu dilakukan untuk menyadarkan mereka yang belum memahami pentingnya pendidikan dan menggalang partisipasi masyarakat untuk mensukseskan program nasional tersebut.
Oleh karena itu Program Wajib Belajar ini ditujukan oleh seluruh anak Bangsa Indonesia untuk menjadi generasi penerus bangsa yang berpendidikan dan diharapkan jumlah anak putus sekolah (drop out) bisa diminimalisir dan salah satu strategi untuk meningkatkan mutu pendidikan Indonesia.Penuntasan Wajib Belajar 9 Tahun adalah program nasional. Oleh karena itu, untuk mensukseskan program itu perlu kerjasama umtuk tetap meningkatkan partisipasinya dalam Program Wajib Belajar 9 Tahun.
Sebagai masyarakat yang baik kita harus ikut berpartisipasi dan ikut serta dalam mendukung wajib belajar 9 tahun, karena program ini sangat baik untuk meningkatkan kesadaran dan tanggung jawab kita semua terhadap masa depan generasi penerus bangsa yang berkualitas serta upaya mencerdaskan kehidupan bangsa.

5. Sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Seiring perkembangan jaman, perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan semakin tidak dapat dikendalikan juga. Pendidikan menjadi hal terpenting yang harus diperhatikan oleh setiap orang tua, agar anak-anak mereka menjadi anak-anak yang mampu bersaing dengan lingkungan yang ada saat ini. Tapi terkadang masalah ekonomi menjadi hambatan bagi para orang tua untuk menyekolahkan anak-anak mereka. Dalam hal ini, peran serta pemerintah sangat diperlukan.
Salah satu program pemerintah dalam meningkatkan pendidikan di Indonesia adalah dengan mengadakan program wajib belajar 9 tahun ( WAJAR 9 tahun ). Hal ini diharapkan dapat meningkatkan pendidikan di Indonesia. Selain itu, pemerintah pun memberikan bantuan-bantuan bagi dalam bidang pendidikan, seperti memberikan BOS ( Biaya Operasional Siswa ).
Hal ini diharapkan agar setiap warga negara Indonesia bisa mendapatkan pendidikan seperti yang tertera pada Undang-Undang Dasar 1945 pasal 31 ayat 1 sampai 5, yang berbunyi :
a.    “ Setiap warga Negara berhak mendapatkan pendidikan “.
b.    “ Setiap warga Negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya “.
c.    “ Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional “.
d.   “ Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-jkurangnya 20% dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah “.
e.     “ Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban serta kesejahteraan manusia “.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa dengan diwajibkannya Program WAJAR 9 tahun ini, semakin memperjelas mengenai peranan sila ke-5 Pancasila dalam mewujudkan salah satu tujuan negara, yaitu untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dengan memberikan pendidikan secara layak dan adil untuk setiap warga Negara Indonesia.





BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Jadi, dari makalah diatas dapat disimpulkan bahwa nila-nilai yang terkandung dalam pancasila sangat berpengaruh dalam perkembangan pendidikan diindonesia. Karena nilai-nilai tersebut mengatur progam wajib belajar yang dapat dijadikan sarana untuk meningkatkan persatuan dengan pola pikir pancasila yang selalu diterapkan dilingkungan pendidikan.
B.     Saran
Program Wajib Belajar ini ditujukan oleh seluruh anak Bangsa Indonesia untuk menjadi generasi penerus bangsa yang berpendidikan dan diharapkan jumlah anak putus sekolah (drop out) bisa diminimalisir dan salah satu strategi untuk meningkatkan mutu pendidikan Indonesia.Penuntasan Wajib Belajar 9 Tahun adalah program nasional. Oleh karena itu, untuk mensukseskan program itu perlu kerjasama umtuk tetap meningkatkan partisipasinya dalam Program Wajib Belajar 9 Tahun.
Sebagai masyarakat yang baik kita harus ikut berpartisipasi dan ikut serta dalam mendukung wajib belajar 9 tahun, karena program ini sangat baik untuk meningkatkan kesadaran dan tanggung jawab kita semua terhadap masa depan generasi penerus bangsa yang berkualitas serta upaya mencerdaskan kehidupan bangsa.








DAFTAR PUSTAKA

Rukiyati, M.Hum., dkk. 2008, Pendidikan Pancasila,Yogyakarta: UNY press
Undang-Undang Dasar 1945, BAB XIII, Pasal 31 ayat (1) Tap MPR No II Tahun 1978 (Jack Corley dan Thomas Philip. 2000)



MAKALAH PERUBAHAN PSIKOLOGI PADA MASA REMAJA



MAKALAH  PSIKOLOGI
PERUBAHAN PSIKOLOGI PADA REMAJA
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Psikologi Ibu dan Anak









NAMA KELOMPOK 1
KELAS : I B
1.             Endang Sriyani                                            (120044)
2.             Maria Susi Handayani                                 (120045)
3.             Tsalisatul Amna Zain                                   (120046)
4.             Aulia Anindita                                             (120047)
5.             Veni Dian Fatmawati                                  (120048)
6.             Meida Fajarsari                                            (120049)
7.             Nazat Sakinah                                             (120050)
8.             Dyah Ayu Kumalasari                                 (120051)
9.             Novita Sari                                                  (120052)
10.         Rahayu Endang Palupi Natalia                   (120053)
11.         Anggun Larasati                                          (120054)
AKADEMI KEBIDANAN YOGYAKARTA
YOGYAKARTA
2012



BAB 1
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Menurut Santrock (2003) bahwa remaja (adolescene) diartikan sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak-anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, sosial emosional. Sedangkan menurut Rumini dan Sundari (2004) remaja adalah peralihan dari masa anak-anak dengan masa dewasa yang mengalami perkembangan semua aspek atau fungsi untuk memasuki masa dewasa.
Masa remaja adalah masa datangnya pubertas 11-14 tahun sampai usia sekitar 18 tahun yang merupakan masa transisi dari kanak-kanak ke dewasa. Masa ini hampir selalu merupakan masa-masa sulit bagi remaja maupun orang tuanya. Masa perkembangan itu merupakan suatu tugas yang muncul pada periode tertentu dalam rentang kehidupan individu, yang apabila tugas itu dapat berhasil di tuntaskan akan membawa kebahagiaan dan kesuksesan dalam menuntaskan tugas-tugas berikutnya, sementara apabila gagal, maka akan menyebabkan ketidak bahagiaan pada diri individu yang bersangkutan, menimbulkan penolakan masyarakat, dan kesulitan-kesulitan dalam menyelesaikan tugas-tugas berikutnya (Monks, 2003).
 Permasalahan yang sering muncul sering kali disebabkan ketidaktahuan para orang tua dan pendidik tentang berbagai tuntutan psikologi ini, sehingga perilaku mereka seringkali tidak mampu mengarahkan remaja menuju perkembangan mereka. Bahkan tidak jarang orang tua dan pendidik mengambil sikap yang tidak sejalan  dari yang seharusnya diharapkan, sehingga semakin mengacaukan perkembangan diri para remaja tersebut. Dengan demikian di harapkan para orang tua dan pendidik dapat memberikan motivasi yang tepat untuk mendorong remaja menuju pada kepenuhan dirinya
(Stice dan Whitenton, 2002).



B.     Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian dari remaja?
2.      Apa saja ciri-ciri pada remaja?
3.      Apa saja tahap-tahap  pada perkembangan remaja?
4.      Faktor – faktor apa saja yang mempengaruhi perkembangan remaja?
5.      Apa saja perubahan fisik dan pisikologis pada masa remaja?
6.      Apa saja tugas – tugas perkembangan pada masa remaja?
7.      Apa saja permasalahan pada masa remaja?
8.      Bagaimana cara mengatasi masalah pada remaja?

C.     Tujuan
1.      Untuk mengetahui pengertian dari remaja.
2.      Untuk mengetahui ciri-ciri pada remaja.
3.      Untuk mengetahui tahap-tahap  pada perkembangan remaja.
4.      Untuk mengetahui Faktor – faktor yang mempengaruhi perkembangan remaja.
5.      Untuk mengetahui perubahan fisik dan pisikologis pada masa remaja.
6.      Untuk mengetahui tugas – tugas perkembangan pada masa remaja.
7.      Untuk mengetahui permasalahan pada masa remaja.
8.      Untuk mengetahui cara mengatasi masalah pada remaja.



BAB II
TINJAUAN TEORI
A.  Pengertian Remaja
1.        Menurut  Rumini dan Sundari (2004), remaja adalah peralihan dari masa anak dengan masa dewasa yang mengalami perkembangan semua aspek atau fungsi untuk memasuki masa dewasa.  Masa remaja berlangsung antara umur 12 tahun sampai dengan 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai dengan 22 tahun bagi pria.
2.        Menurut Santrock (2003), masa remaja  diartikan sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional.
3.         Menurut Pardede (2002), masa remaja merupakan suatu fase perkembangan yang dinamis dalam kehidupan seorang individu. Masa ini merupakan periode transisi dari masa anak ke masa dewasa yang ditandai dengan percepatan perkembangan fisik, mental, emosional dan sosial yang berlangsung pada dekade kedua kehidupan.

B.  Ciri-ciri Remaja
Ciri-ciri Remaja adalah sebagai berikut:
1.        Pemekaran diri sendiri (extension of the self)
Ditandai dengan kemampuan seorang untuk menganggap orang atau hal lain sebagai bagian dari diri sendiri juga. Perasaan egoisme (mementingkan diri sendiri) berkurang sebaliknya tumbuh perasaan ikut memiliki, salah satu tanda yang khas adalah tumbuhnya kemampuan untuk mencintai orang lain dan alam sekitarnya. Kemampuan untuk bertenggang rasa dengan orang yang dicintainya untuk ikut merasakan penderitaan yang dialami oleh orang yang dicintainya, menunjukkan adanya tanda-tanda kepribadian dewasa (mature personality) ciri lain adalah berkembangnya ego ideal berupa cita-cita, idola dan sebagainya yang menggambarkan wujud ego (diri sendiri) di masa depan (Hurlock, 2002).
2.        Kemampuan untuk melihat diri sendiri secara obyektif (self objectivication)
Ditandai dengan kemampuan untuk mempunyai wawasan tentang diri sendiri (self insight) dan kemampuan untuk menangkap humor (sense of humor) terrmasuk yang menjadikan dirinya sendiri sebagai sasaran. Dia tidak marah jika dikritik pada saaat-saat yang yang diperlukan ia dapat melepaskan diri dari dirinya sendiri dan meninjau dirinya sendiri sebagai orang luar (Hurlock, 2002).
3.        Memiliki falsafah hidup tertentu (unifying philosophy of life)
Hal itu dapat dilakukan tanpa perlu merumuskannnya dan mengucapkankannya dalam kata-kata. Orang yang sudah dewasa tahu dengan tepat tempatnya dalam rangka susunan objek-objek lain di dunia. Ia tahu kedudukannnya dalam masyarakat ia paham bagaimana seharusnya ia bertingkah laku orang seperti ini tidak lagi mudah terpengaruh dan pendapatnya serta sikap sikapnya cukup jelas dan tegas (Chaplin, 2004).

C.  Tahap – tahap Perkembangan Remaja
Tahap-tahap perkembangan remaja menurut Stevenson (2002) adalah sebagai berikut:
1.         Periode masa pra pubertas usia 12-18 tahun
Masa pra pubertas merupakan masa peralihan dari akhir masa kanak-kanak ke masa awal pubertas. Ciri-cirinya:
a.    Anak tidak suka diperlakukan seperti anak kecil lagi
b.    Anak mulai bersikap kritis
2.         Masa pubertas usia 14-16 tahun merupakan masa remaja awal. Ciri-cirinya:
a.    Mulai cemas dan bingung tentang perubahan fisiknya
b.    Memperhatikan penampilan
c.    Sikapnya tidak menentu/plin-plan
d.   Suka berkelompok dengan teman sebaya dan senasib
3.        Masa akhir pubertas usia 17-18 tahun merupakan peralihan dari masa pubertas ke masa adolesen. Ciri-cirinya:
a.    Pertumbuhan fisik sudah mulai matang tetapi kedewasaan psikologisnya belum tercapai sepenuhnya
b.    Proses kedewasaan jasmaniah pada remaja putri lebih awal dari remaja pria.
4.      Periode remaja adolesen usia 19-21 tahun merupakan masa akhir Remaja. Beberapa sifat penting pada masa ini adalah:
a.    Perhatiannya tertutup pada hal-hal realistis
b.    Mulai menyadari akan realitas
c.    Sikapnya mulai jelas tentang hidup
d.   Mulai nampak bakat dan minatnya

D.  Aspek-aspek Perkembangan Remaja
1.      Perkembangan fisik
       Menurut Papalia dan Olds (2001), yang dimaksud dengan perkembangan fisik adalah perubahan-perubahan pada tubuh, otak, kapasitas sensoris dan ketrampilan motorik. Perubahan pada tubuh ditandai dengan pertambahan tinggi dan berat tubuh, pertumbuhan tulang dan otot, dan kematangan organ seksual dan fungsi reproduksi. Tubuh remaja mulai beralih dari tubuh kanak-kanak yang cirinya adalah pertumbuhan menjadi tubuh orang dewasa yang cirinya adalah kematangan. Perubahan fisik otak sehingga strukturnya semakin sempurna meningkatkan kemampuan kognitif.
2.      Perkembangan Kognitif
       Seorang remaja termotivasi untuk memahami dunia karena perilaku adaptasi secara biologis mereka. Dalam pandangan Piaget, remaja secara aktif membangun dunia kognitif mereka, di mana informasi yang didapatkan tidak langsung diterima begitu saja ke dalam skema kognitif mereka. Remaja sudah mampu membedakan antara hal-hal atau ide-ide yang lebih penting dibanding ide lainnya, lalu remaja juga menghubungkan ide-ide tersebut. Seorang remaja tidak saja mengorganisasikan apa yang dialami dan diamati, tetapi remaja mampu mengolah cara berpikir mereka sehingga memunculkan suatu ide baru.
       Perkembangan kognitif adalah perubahan kemampuan mental seperti belajar, memori, menalar, berpikir, dan bahasa. Piaget mengemukakan bahwa pada masa remaja terjadi kematangan kognitif, yaitu interaksi dari struktur otak yang telah sempurna dan lingkungan sosial yang semakin luas untuk eksperimentasi memungkinkan remaja untuk berpikir abstrak. Piaget menyebut tahap perkembangan kognitif ini sebagai tahap operasi formal (Papalia & Olds, 2001).
3.      Perkembangan kepribadian dan sosial
Menurut Papalia & Olds (2001) yang dimaksud dengan perkembangan kepribadian adalah perubahan cara individu berhubungan dengan dunia dan menyatakan emosi secara unik sedangkan perkembangan sosial berarti perubahan dalam berhubungan dengan orang lain. Perkembangan kepribadian yang penting pada masa remaja adalah pencarian identitas diri. Yang dimaksud dengan pencarian identitas diri adalah proses menjadi seorang yang unik dengan peran yang penting dalam hidup (Erikson dalam Papalia & Olds, 2001).

E.   Faktor – faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Remaja
Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan remaja adalah sebagai berikut:
1.    Faktor Pribadi
Setiap anak berkepribadian khusus. Keadaan khusus pada anak bisa menjadi sumber munculnya berbagai perilaku menyimpang. Keadaan khusus ini adalah keadaan konstitusi, potensi, bakat, atau sifat dasar pada anak yang kemudian melalui proses perkembangan, kematangan, atau perangsangan dari lingkungan, menjadi aktual, muncul, atau berfungsi
(Lester, 2004).
Seorang anak bisa bertingkah laku tertentu sebagai bentuk pelarian-pelarian karena ia mengalami kesulitan dalam mengikuti pelajaran-pelajaran di sekolah. (Liebert, 2003) Kesulitan ini bersumber pada kemampuan dasar yang kurang baik, taraf kemampuannya terletak di bawah rata-rata. Pelajaran yang dalam kenyataannya terlalu berat bagi anak, menjadi beban yang menekannya sehingga ia selalu berada dalam keadaan tegang, tertekan, dan tidak bahagia. Sehubungan dengan masalah pelajaran ini, perasaan-perasaan tertekan dan beban yang tidak sanggup dihadapi juga dapat timbul karena berbagai hal yang lain seperti berikut ini:
a.    Tuntutan dari pihak orang tua terhadap prestasi anak yang sebenarnya melebihi kemampuan dasar yang dimiliki anak. Berbagai ungkapan yang sebenarnya keliru sering terdengar dari orang tua, seperti: "Sebenarnya anak saya tidak bodoh, tetapi ia malas" atau "Saya tidak mengharap anak saya mendapat angka 9, asal cukup saja, karena ia sebenarnya bisa."
b.    Tuntutan terhadap anak agar ia bisa memperlihatkan prestasi-prestasi seperti yang diharapkan orang tua. Pada kenyataannya, anak tidak bisa memenuhinya karena masa-masa perkembangannya belum siap untuk bisa menerima kualitas dan intensitas rangsangan yang diberikan. Hal ini sering terjadi pada anak di bawah umur.
c.    Tekanan dari orang tua agar anak mengikuti berbagai kegiatan, baik yang berhubungan dengan pelajaran-pelajaran sekolah maupun kegiatan-kegiatan lain yang berhubungan dengan pengembangan bakat dan minat. Seorang anak memperlihatkan sikap-sikap negatif terhadap pelajaran karena ia harus bersekolah di dua tempat, yaitu di sekolah dan di tempat les privat atau bimbingan belajar yang waktu belajarnya bahkan lebih lama dari sekolah biasa daripada di sekolah biasa.
d.    Kekecewaan pada anak karena tidak berhasil memasuki sekolah atau jurusan yang dikehendaki dan yang tidak dinetralisasikan dengan baik oleh orang tua. Atau kekecewaan pada anak karena ia tidak berhasil memuaskan keinginan-keinginan atau harapan-harapan orang tua. Kekecewaan yang berlanjut pada penilaian bahwa harga dirinya tidak perlu dipertahankan karena orang tua tidak mencintainya lagi.
Dari uraian di atas, dijelaskan bahwa masalah yang berkaitan dengan masalah sekolah, masalah belajar, prestasi, dan potensi (bakat) bisa menjadi sumber timbulnya berbagai tekanan dan frustrasi. Hal tersebut dapat mengakibatkan reaksi-reaksi perilaku nakal atau penyalahgunaan obat terlarang (Libert, 2003).
2.    Faktor Keluarga
Keluarga adalah unit sosial yang paling kecil dalam masyarakat. Meskipun demikian, peranannya besar sekali terhadap perkembangan sosial, terlebih pada awal-awal perkembangan yang menjadi landasan bagi perkembangan kepribadian selanjutnya. Anak yang baru dilahirkan berada dalam keadaan lemah, tidak berdaya,  bisa melakukan apa-apa, tidak bisa mengurus diri sendiri, dan tidak bisa memenuhi kebutuhan-kebutuhannya sendiri. Jadi, ia tergantung sepenuhnya dari lingkungan hidupnya, yakni lingkungan keluarga, dan lebih luas lagi lingkungan sosialnya
(Prawirosudirjo, 2003).
Dalam perkembangannya, anak membutuhkan uluran tangan dari orang lain agar bisa melangsungkan hidupnya secara layak dan wajar. Anak yang baru dilahirkan bisa diibaratkan sebagai sehelai kertas putih yang masih polos. Bagaimana jadinya kertas putih tersebut pada kemudian hari tergantung dari orang yang akan menuliskannya. Jadi, bagaimana kepribadian anak pada kemudian hari tergantung dari bagaimana ia berkembang dan dikembangkan oleh lingkungan hidupnya, terutama oleh lingkungan keluarganya. Lingkungan keluarga berperan besar karena merekalah yang langsung atau tidak langsung terus-menerus berhubungan dengan anak, memberikan perangsangan (stimulasi) melalui berbagai corak komunikasi antara orang tua dengan anak (Prawirosudirjo, 2003).
Seiring dengan tumbuh kembang anak, akan lebih banyak lagi sumber-sumber untuk mengembangkan kepribadian anak. Lingkungan keluarga seringkali disebut sebagai lingkungan pendidikan informal yang memengaruhi berbagai aspek perkembangan anak. Adakalanya, hal ini berlangsung melalui ucapan-ucapan atau perintah-perintah yang diberikan secara langsung untuk menunjukkan apa yang seharusnya diperlihatkan atau dilakukan oleh anak. Adakalanya pula, orang tua bersikap atau bertindak sebagai patokan, sebagai contoh atau model agar ditiru. Kemudian, apa yang ditiru akan meresap dalam diri anak dan menjadi bagian dari kebiasaan bersikap dan bertingkah laku, atau bagian dari kepribadiannya (Payne, 2002).
Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, orang tua jelas berperan besar dalam perkembangan kepribadian anak. Orang tua menjadi faktor penting dalam menanamkan dasar kepribadian yang ikut menentukan corak dan gambaran kepribadian seseorang setelah dewasa. Jadi, gambaran kepribadian yang terlihat dan diperlihatkan seorang remaja, banyak ditentukan oleh keadaan serta proses-proses yang ada dan yang terjadi sebelumnya. Lingkungan rumah, khususnya orang tua, menjadi teramat penting sebagai tempat persemaian dari benih-benih yang akan tumbuh dan berkembang lebih lanjut. Pengalaman buruk dalam keluarga akan buruk pula diperlihatkan terhadap lingkungannya. Perilaku negatif dengan berbagai coraknya adalah akibat dari suasana dan perlakuan negatif yang dialami dalam keluarga. Hubungan antar pribadi dalam keluarga, yang meliputi pula hubungan antar saudara, menjadi faktor penting yang mendorong munculnya perilaku yang tergolong nakal (Payne, 2002).
Agar terjamin hubungan yang baik dalam keluarga, dibutuhkan peran aktif orang tua untuk membina hubungan-hubungan yang serasi dan harmonis di antara semua pihak dalam keluarga. Namun, yang tentunya terlebih dahulu harus diperlihatkan adalah hubungan yang baik di antara suami dan istri (Payne, 2002).
3.      Lingkungan Sosial dan Dinamika Perubahannya
Lingkungan sosial dengan berbagai ciri khusus yang menyertainya memegang peranan besar terhadap munculnya corak dan gambaran kepribadian pada anak. Apalagi kalau tidak didukung oleh kemantapan dari kepribadian dasar yang terbentuk dalam keluarga. Kesenjangan antara norma, ukuran, patokan dalam keluarga dengan lingkungannya perlu diperkecil agar tidak timbul keadaan timpang atau serba tidak menentu, suatu kondisi yang memudahkan munculnya perilaku tanpa kendali, yakni penyimpangan dari berbagai aturan yang ada. Kegoncangan memang mudah timbul karena kita berhadapan dengan berbagai perubahan yang ada dalam masyarakat (Ellis, 2001).
Dalam kenyataannya, pola kehidupan dalam keluarga dan masyarakat sssdewasa ini, jauh berbeda dibandingkan dengan kehidupan beberapa puluh tahun yang lalu. Terjadi berbagai pergeseran nilai dari waktu ke waktu~       seiring dengan perubahan yang terjadi dalam masyarakat. Bertambahnya penduduk yang demikian pesat, khususnya di kota-kota besar, mengakibatkan ruang hidup dan ruang lingkup kehidupan menjadi bertambah sempit. Urbanisasi yang terus-menerus terjadi sulit dikendalikan, apalagi ditahan, menyebabkan laju kepadatan penduduk di kota besar sulit dicegah. Dinamika hubungan menjadi lebih besar, sekaligus menjadi lebih longgar, kurang intensif, dan kurang akrab. Dalam kondisi seperti ini, sikap yang menjadi ciri dari kehidupan masyarakat yang padat yaitu: individualistis, kompetitif, dan materialistis, amat mudah timbul. Sesuatu yang sebenarnya wajar, sesuai dengan hakikat kehidupan, hakikat perjuangan hidup untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya dengan memenuhi kebutuhan paling pokok dari sistem kebutuhan, yakni makanan (Santrock, 2002).
Pengaruh pribadi terhadap pribadi lain di rumah, di kantor, dan di mana saja yang memungkinkan hubungan yang cukup sering terjadi, akan memengaruhi kehidupan pribadi, kehidupan dalam keluarga, dan kehidupan sosialnya. Banyak kota yang sedang berkembang menjadi tempat pertemuan, percampuran antara berbagai corak kebudayaan, adat istiadat, termasuk bahasa dan sistem nilai sikap. Tidak mustahil dalam keadaan seperti itu, muncul ketidakserasian dan ketegangan yang berdampak pada sikap, perlakuan negatif orang tua terhadap anak, dan lebih lanjut dalam lingkungan pergaulan (Santrock, 2002).
Lingkungan pergaulan anak adalah sesuatu yang harus dimasuki karena di lingkungan tersebut seorang anak bisa terpengaruh ciri kepribadiannya, tentunya diharapkan terpengaruh oleh hal-hal yang baik. Di samping itu, lingkungan pergaulan adalah sesuatu kebutuhan dalam pengembangan diri untuk hidup bermasyarakat. Karena itu, lingkungan sosial sewajarnya menjadi perhatian kita semua, agar bisa menjadi lingkungan yang baik, yang bisa meredam dorongan-dorongan negatif atau patologis pada anak maupun remaja (Santrock, 2002).

F.         Perubahan Fisik dan Psikologis pada Remaja
Perubahan fisik dan psikologis pada remaja menurut Prawirosudirjo (2003) sebagai berikut:
1.      Perubahan Fisik
a.     Perubahan fisik pada wanita remaja antara lain:
1)        Pertumbuhan fisik lebih menonjol, tinggi dan besar badannya
2)        Kulit menjadi lebih halus
3)        Buah dada (payudara) membesar
4)        Timbunan lemak pada bagian badan tertentu lebih banyak: pinggul, pantat, sekitar dada, sekitar pinggang tampak kecil atau ramping
5)        Suara meninggi satu oktaf
6)        Tumbuh rambut pada bagian tubuh tertentu, sekitar kemaluan dan ketiak
b.    Perubahan fisik pada laki-laki Remaja
1)        Testil membesar
2)        Tumbuh rambut pada bagian tertentu, kumis, janggut, sekitar dada, ketiak dan sekitar kemaluan.
3)        Suara menurun satu oktaf lebih rendah nadanya
4)        Mimpi basah
2.        Perubahan psikologis pada remaja
a.     Perubahan psikologi pada wanita remaja
1)        Pasif dan menerima
2)        Cenderung menerima perlindungan
3)        Minatnya tertuju pada hal yang sifatnya emosional dan kongkrit
4)        Berusaha mengikuti dan mengenang orang lain
5)        Sifatnya subyektif
b.    Perubahan psikologi pada laki-laki remaja
1)        Aktif memberi
2)        Cenderung memberikan perlindungan
3)        Minatnya tertuju pada hal-hal yang bersifat interaktual abstrak
4)        Berusaha memutuskan sendiri dan ikut bicara
5)        Sifatnya objektif

G.  Tugas-tugas Perkembangan pada Masa Remaja
Menurut Hurlock (Dalam Ali, 2002), tugas-tugas perkembangan masa remaja, yaitu:
1.        Mampu menerima keadaan fisiknya
2.        Mampu menerima dan memahami peran seks usia dewasa
3.        Mampu membina hubungan baik dengan anggota kelompok yang berlainan jenis
4.        Mencapai kemandirian emosional
5.        Mencapai kemandirian ekonomi
6.        Mengembangkan konsep dan keterampilan intelektual yang sangat diperlukan untuk melakukan peran sebagai anggota masyarakat
7.        Memahami dan menginternalisasikan nilai-nilai orang dewasa dan orang tua
8.        Mengembangkan perilaku tanggung jawab sosial yang diperlukan untuk memasuki dunia dewasa
9.        Mempersiapkan diri untuk memasuki perkawinan
10.    Memahami dan mempersiapkan berbagai tanggung jawab kehidupan keluarga

H.  Permasalahan pada Masa Remaja
Permasalahan pada masa remaja menurut Stevenson (2002) adalah sebagai berikut:
Kebanyakan anak yang dalam masa remaja pasti menginginkan masa remaja mereka ingin sempurna dan di perhatikan oleh keluarga terutama pada ayah dan ibu. Tapi bagi sebagian mereka yang masa remajanya ingin sempurna harus meninggalkan sedih di hati karena harus menghabiskan masa remaja mereka di jalanan bergabung dengan mereka yang masa remajanya kurang beruntung, itu semua terjadi karena pertengkaran yang terjadi pada orang tua dan melibatkan anak – anak mereka yang tidak seharusnya terlibat, karena kalau orang tua melibatkan masalah mereka kepada anaknya bisa membuat anak tersebut berpikir yang harusnya belum dia pikirkan dan bisa membuat dia menjadi depresi.
Dalam masa remaja ini kita bisa mengenal yang namanya cinta biarpun yang di bilang itu cinta monyet, tapi gara – gara cinta bisa merusak masa remaja kita apa lagi kalau kita semua sudah mengenal free sex (seks bebas).
Dalam kalangan remaja tidak mungkin tidak tahu yang namanya cinta, tapi inilah masalah yang sering terjadi di saat kita hanyut dengan cinta. Kita bisa saja melakukan apa saja untuk sampai – sampai kita bisa melupakan keluarga kita sendiri.




Lingkungan sangat berperan penting dalam masa remaja karena lingkungan sanga mempengaruhi masa pertumbuhan remaja. Jika lingkungan yang ditempati baik maka berdampak positif terhadap remaja itu dan sebaliknya, Jika lingkungan yang di tempati itu buruk, maka berdampak negatif bagi perkembangan remaja. Maka dari itu kita harus bisa menentukan mana yang baik dan yang buruk.



I.     Cara Mengatasi Masalah Remaja
Cara mengatasi masalah remaja menurut Stevenson (2002) adalah sebagai berikut:
1.        Masalah Keluarga
Dalam permasalahan remaja orang tua sangat berperan penting terhadap perkembangan psikologi seorang anak, sehingga orang tua harus lebih memperhatikan perilaku seorang anak. Jadi, sebagai orang tua kita harus lebih terbuka terhadap masalah-masalah yang ada pada keluarga, agar tercipta kenyamanan dan keharmonisan dalam keluarga.
2.        Masalah Percintaan
Dalam masalah percintaan remaja harus mengetahui batasan-batasan dalam berpacaran, agar tidak  terjerumus dalam pergaulan bebas (free seks). Oleh sebab itu remaja di harapkan lebih mendekatkan diri kepada-Nya.
3.        Masalah Lingkungan
Dalam masalah lingkungan, remaja harus bisa membatasi pergaulan dan bisa memilih mana pergaulan yang positif dan negatif. Karena, lingkungan juga berperan penting terhadap perubahan perkembangan remaja. 








DAFTAR PUSTAKA

Crow, 2004, Educational Psychology, American Book Company, New York.
Hurlock, 2002, Developmental Psychology, McGraw Hill Book Company, Inc., New York.
Liebert., 2003, Development Psychology, Prentice Hall, Inc., New York.
Piaget, 2001, The Construction of Reality in the Child, Translated by Margaret Cook, Inc., New York.
Prawirosudirjo, 2003, Menginjak Masa Remaja, Bhratara Karya Aksara, Jakarta.
Chaplin J.P, 2004, Dictionary of Psychologi, Dell Publishing Co, Inc., New        York.
Ellis, 2001, Studies in the Psychologie of Sex, Rancom House, New York.
Payne, 2002, Conception of Feminity, Brit. J.M. Psychologie, New York.
Stevenson, 2002, Psychologie des Jungmadchens, Quella dan Meyer, Heidelburg.









PERTANYAAN
1.      Kapan pertama kali anda mengalami menstruasi?
2.      Bagaimana perasaan anda pada saat mengalami menstruasi pertama?
3.      Pernahkah anda mengalami permasalahan pada saat menstruasi?
4.      Dapatkah anda mengontrol emosi anda di saat anda marah?
5.      Apakah anda mengalami kesulitan di saat mengatur emosi anda sendiri?
6.      Di saat anda mengalami emosi hal apakah yang akan anda lakukan untuk meredakan emosi anda?
7.      Setujukah anda jika kedua orang tua anda menuntut untuk dapat meraih prestasi-prestasi dalam pembelajaran di kampus?
a.       Setuju
b.      Tidak setuju
8.      Apakah anda merasa tertekan dengan tuntutan tersebut?
a.       Iya
b.      Tidak
9.      Bagaimanakah perasaan anda jika anda tidak berhasil masuk dalam universitas yang anda inginkan?
10.  Apa yang akan anda lakukan untuk  kembali membangkitkan semangat anda setelah mengalami kegagalan tersebut?
11.   Apakah ada perubahan dari fisik anda yang cenderung menonjol?
a.       Iya
b.      Tidak
12.  Setelah terjadi perubahan fisik pada diri anda apakah anda merasa kurang percaya diri pada saat bergaul dengan teman anda?
13.  Apakah permasalahan tersebut mengganggu aktifitas anda?
14.  Perbedaan apa yang anda alami pada saat memasuki masa peralihan SMA ke jenjang perkuliahan?
15.  Persiapan apa sajakah yang telah anda siapkan untuk menghadapi masa peralihan tersebut?
16.  Bagaimana cara anda untuk dapat beradaptasi dengan lingkungan baru anda?
17.  Apakah anda mengalami kesulitan dalam beradaptasi dengan lingkungan baru anda?
18.  Apa yang akan anda lakukan untuk melindungi diri anda dari pengaruh buruk pergaulan di lingkungan baru anda?
19.  Pernahkah anda mengalami kesulitan dalam proses pembelajaran di kampus?
a.       Iya
b.      Tidak
20.  Pernahkah anda mengalami kesulitan dalam pergaulan di kampus?
a.       Iya
b.      Tidak
21.   Apakah anda tertarik dalam mengikuti kegiatan-kegiatan di kampus?
a.       Iya
b.      Tidak
22.  Bagaimana cara anda membagi waktu antara tugas dan kegiatan kampus?
23.  Bagaimana cara anda mengatur keuangan ketika jauh dari orang tua?
24.  Pernahkah anda mengalami kesulitan dalam mengatur keuangan anda?
25.  Sejak kapan anda mulai merasakan ketertarikan kepada lawan jenis?
26.  Bagaimana pendapat orang tua anda mengenai ketertarikan anda terhadap lawan jenis?
27.  Menurut anda bagaimana cara menyikapi perbedaan antar teman?
28.  Ketika anda mengalami permasalahan kepada siapakah anda sering berbagi cerita?
29.  Apakah orang tersebut dapat memberikan solusi yang terbaik dalam menyelesaikan masalah anda?
30.  Dampak apakah yang anda rasakan setelah anda menceritakan semua masalah anda kapada orang lain?