Selasa, 12 Maret 2013
Cewek KW: #Love
Cewek KW: #Love: Pernahkah Anda kehilangan sesuatu yang sangat berharga dari Anda? Saat cincin kesayangan Anda hilang, pasti ada rasa sedih dan kecewa. Saat ...
Senin, 11 Maret 2013
Ponkesdes Lombok Wetan: Kewenangan Bidan Sesuai Permenkes Nomor 1464 Tahun...
Ponkesdes Lombok Wetan: Kewenangan Bidan Sesuai Permenkes Nomor 1464 Tahun...: Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor 1464/Menkes/Per/X/2010 tentang Izin dan Penyelenggaran Praktik Bidan, kewen...
Makalah Peranan nilai-nilai Pancasila dalam Perkembangan Pendidikan di Indonesia
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Dalam dunia
Pendidikan di Indonesia peran Pancasila sangat dibutuhkan.
Karena Pancasila
sebagai pedoman pelaksanaan pembaharuan sistem
pendidikan memiliki peranan yang sangat penting yaitu diharapkan mampu
mendukung upaya mewujudkan kualitas masyarakat Indonesia yang maju dan mampu
menghadapi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Pendidikan adalah investasi jangka panjang, pendidikan adalah tanggung jawab
bersama, wajib Belajar Sembilan Tahun merupakan implementasi dari
pancasila sebagai ideologi negara yang merupakan program bersama antara
pemerintah, swasta dan lembaga-lembaga sosial serta masyarakat. Penuntasan Wajib Belajar Sembilan Tahun adalah
program nasional. Oleh karena itu, untuk mensukseskan program itu perlu
kerjasama yang menyeluruh antara antara pemerintah, swasta dan lembaga-lembaga
sosial serta masyarakat,karena program ini sangat baik untuk meningkatkan
kesadaran dan tanggung jawab kita semua terhadap masa depan generasi penerus
bangsa yang berkualitas serta upaya mencerdaskan kehidupan bangsa.
B. Perumusan
Masalah
1.
Apakah pengaruh nilai-nilai Pancasila dalam
Pengembangan Pendidikan di Indonesia?
2.
Bagaimanakah cara pemerintah untuk meningkatkan mutu
Pendidikan di Indonesia?
C. Tujuan
1.
Untuk mengetahui pengaruh nilai-nilai Pancasila dalam
Pengembangan Pendidikan di Indonesia?
2.
Untuk mengetahui cara pemerintah untuk meningkatkan
mutu Pendidikan di Indonesia?
D. Manfaat
1. Mahasiswi
kebidanan
Agar mahasiswi dapat menerapkan
nilai-nilai Pancasila dalam Pelayanan Kesehatan.
2. Institusi
pendidikan
Dapat menambah bahan pustaka bagi
lembaga pendidikan tentang Peranan nilai-nilai Pancasila dalam Perkembangan
Pendidikan di Indonesia.
3. Masyarakat
Dapat
memberikan manfaat sebagai bahan pengetahuan masyarakat tentang Peranan nilai-nilai
Pancasila dalam Perkembangan Pendidikan di Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
Untuk
meningkatkan kualitas
Pendidikan
Indonesia yang sesuai dengan Peranan Nilai-nilai
Pancasila Pemerintah menyelenggarakan Program Wajib Belajar 9 Tahun adalah:
1. Sila
Ketuhanan Yang Maha Esa
Peranan sila
pertama sangat
berpengaruh dalam dunia pendidikan. Dalam kegiatan
belajar-mengajar siswa akan diajarkan berbagai macam ilmu mulai dari penjaskes,
Pkn (pancasila dan Kewarganegaraan), kesenian, biologi, fisika dan lainnya
salah satunya agama. Dalam pendidikan agama akan
dibahas lebih dalam lagi mengenai ajaran agama tentunya sesuai dengan agama
yang dianut oleh masing-masing siswa.
Sehingga ditegaskan bagi setiap warga Indonesia terutama bagi warga yang
sudah berkeluarga itu mengharuskan anak-anak untuk bersekolah, karena sekolah sebagai salah satu sarana untuk pengembangan diri. Tetapi
masih saja banyak warga Indonesia yang tidak menjalankan perintah ini dengan
alasan tidak mampu dalam membiayai anaknya. Oleh sebab itu keseimbangan antara pendidikan dunia maupun agama itu
sangatlah berarti dalam kehidupan setiap manusia. Sehingga dengan tolak ukur
bahwa pendidikan itu sangat penting bagi suatu bangsa maka pemerintahan
melaksanakan sekolah gratis wajar 9 tahun.
Hal tersebut tidak lepas dari sumber daya
manusianya yang berkualitas. Sehingga peran pendidikan sangat penting karena
sebagai sarana dalam mengembangkan potensi dari setiap warga Negara. Peran dari
bidang pendidikan adalah menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas serta
menjadikan siswanya memiliki akhlak yang baik.
2. Sila Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab
Pendidikan
memainkan peranan penting dalam pengembangan kemampuan dan pembentukan karakter
yang menjadi landasan utama bagi terciptanya manusia Indonesia yang mampu hidup
dalam zaman yang selalu berubah.Sistem pendidikan nasional harus dapat memberi
pendidikan dasar bagi setiap warga negara Republik Indonesia, agar
masing-masing memperoleh sekurang-kurangnya pengetahuan dan kemampuan dasar,
yang meliputi kemampuan membaca, menulis dan berhitung serta menggunakan bahasa
Indonesia, yang diperlukan oleh setiap warga negara untuk dapat berperanserta
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Maka diharapkan
Setiap warga negara mengetahui hak dan kewajiban pokoknya sebagai warga negara
serta memiliki kemampuan untuk dapat memenuhi kebutuhan diri sendiri, ikut
serta dalam upaya memenuhi kebutuhan masyarakat, dan memperkuat persatuan dan
kesatuan serta upaya pembelaan negara. Pengetahuan dan kemampuan ini harus
dapat diperoleh dari sistem pendidikan nasional. Hal ini dimaksudkan untuk memberi
makna pada amanat Undang-Undang Dasar 1945, BAB XIII, Pasal 31 ayat (1) yang
menyatakan, bahwa "Tiap-tiap warga negara berhak mendapat
pengajaran".
Warga negara
Indonesia berhak memperoleh pendidikan pada tahap manapun dalam perjalanan
hidupnya --pendidikan seumur hidup--, meskipun sebagai anggota masyarakat ia
tidak diharapkan untuk terus-menerus belajar tanpa mengabdikan kemampuan yang
diperolehnya untuk kepentingan masyarakat. Pendidikan dapat diperoleh, baik
melalui jalur pendidikan sekolah maupun jalur pendidikan luar sekolah.
Pembelajaran
pancasila di sekolah dasar menjadi sangat penting, karena mengingat pancasila
merupakan jiwa dari seluruh rakyat Indonesia. Hal ini mengandung makna bahwa di
dalam pancasila mengandung jiwa yang luhur, nilai-nilai yang luhur dan sarat
dengan ajaran moralitas. Dengan adanya program pemerintah yaitu program wajib belajar 9 tahun dapat memberikan pengajaran tentang makna dan dasar-dasar
Pancasila.
Pembelajaran di
sekolah dapat memberikan informasi bagaimana melaksanakan kewajiban dan Hak-hak
yang dimiliki sesuai dengan koridor yang seharusnya. Manusia itu dilahirkan
mempunyai hak yang tidak dapat dirampas dan dihilangkan. Hak-hak itu harus
dihormati oleh siapapun. Golongan manusia yang berkuasa tidaklah diperkenankan
memaksakan kehendaknya yang bertentangan dengan hak seseorang.
3. Sila
Persatuan Indonesia
Negara
Indonesia adalah Negara yang sedang berkembang. Dibutuhkan sumber daya
masyarakat yang bagus untuk membuat Indonesia menjadi semakin berkembang.
Dibutuhkan pula persatuan yang erat antar sesama warga negara. Dengan adanya pendidikan maka dapat dijadikan sarana untuk
meningkatkan persatuan dengan pola pikir pancasila yang selalu diterapkan dilingkungan
pendidikan.
Sila “Persatuan
Indonesia” harus dijadikan sebagai dasar persatuan dikalangan intelektual dan
harus selalu diterapkan dalam lingkungan pendidikan, terutama saat Sekolah
Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang dicanangkan dalam program
Wajib Belajar 9 Tahun.
4. Sila Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat
Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan/Perwakilan
Wajib belajar 9
tahun yang merupakan salah satu program yang gencar di galangkan oleh
Departemen Pendidikan Nasional (DEPDIKNAS). Diwajibkan setiap warga Negara
untuk bersekolah selama 9 tahun, pada jenjang pendidikan dasar yaitu dari
tingkat kelas 1 sekolah dasar (SD) / Madrasah Diniyah (MI) hingga kelas 9
sekolah menengah pertama (SMP) atau Madrasah Tsanawiyah (MTS).
Pendidikan
merupakan satu aspek penting untuk membangun bangsa. Hampir semua bangsa
menempatkan pembangunan pendidikan sebagai prioritas utama dalam Program
Pembangunan Nasional. Sumber daya manusia yang bermutu yang merupakan Produk
Pendidikan dan merupakan kunci keberhasilan suatu Negara.
Mendiknas
menargetkan wajib belajar 9 tahun kepada seluruh anak Indonesia, tanpa kecuali.
Berdasarkan sila keempat Pancasila : Kerakyatan Yang Dipimpin oleh Hikmat
Kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan :
Semua kebijakasanaan
pemerintah harus berdasarkan kebutuhan rakyat. Semua kebijaksanaan yang
pemerintah buat harus berdasarkan kesepakatan rakyat (yang diwakili oleh wakil
rakyat di parlemen).Salah satu kebijaksanaan tersebut adalah Program Wajib
Belajar 9 tahun yang telah diberlakukan pada tahun 2009. Banyak pendapat
pro-kontra yang tersebar di tengah-tengah masyarakat luas.
Program Wajib
Belajar 9 Tahun harus merupakan program bersama antara pemerintah, swasta dan
lembaga-lembaga sosial serta masyarakat. Upaya-upaya untuk menggerakkan semua
komponen bangsa melalui gerakan nasional dengan pendekatan budaya, sosial,
agama, birokrasi, legal formal perlu dilakukan untuk menyadarkan mereka yang
belum memahami pentingnya pendidikan dan menggalang partisipasi masyarakat
untuk mensukseskan program nasional tersebut.
Oleh karena itu Program Wajib Belajar ini ditujukan oleh seluruh anak Bangsa Indonesia
untuk menjadi generasi penerus bangsa yang berpendidikan dan diharapkan jumlah anak putus sekolah (drop out) bisa diminimalisir
dan salah satu strategi untuk meningkatkan mutu pendidikan Indonesia.Penuntasan Wajib Belajar 9 Tahun adalah program nasional. Oleh karena itu,
untuk mensukseskan program itu perlu kerjasama umtuk tetap meningkatkan
partisipasinya dalam Program Wajib Belajar 9 Tahun.
Sebagai masyarakat yang baik kita
harus ikut berpartisipasi dan ikut serta dalam mendukung wajib belajar 9 tahun,
karena program ini sangat baik untuk meningkatkan kesadaran dan tanggung jawab
kita semua terhadap masa depan generasi penerus bangsa yang berkualitas serta
upaya mencerdaskan kehidupan bangsa.
5. Sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Seiring perkembangan jaman,
perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan semakin tidak dapat dikendalikan
juga. Pendidikan menjadi hal terpenting yang harus diperhatikan oleh setiap
orang tua, agar anak-anak mereka menjadi anak-anak yang mampu bersaing dengan
lingkungan yang ada saat ini. Tapi terkadang masalah ekonomi menjadi hambatan
bagi para orang tua untuk menyekolahkan anak-anak mereka. Dalam hal ini, peran
serta pemerintah sangat diperlukan.
Salah satu program pemerintah dalam
meningkatkan pendidikan di Indonesia adalah dengan mengadakan program wajib
belajar 9 tahun ( WAJAR 9 tahun ). Hal ini diharapkan dapat meningkatkan pendidikan
di Indonesia. Selain itu, pemerintah pun memberikan bantuan-bantuan bagi dalam
bidang pendidikan, seperti memberikan BOS ( Biaya Operasional Siswa ).
Hal ini diharapkan agar setiap warga negara Indonesia
bisa mendapatkan pendidikan seperti yang tertera pada Undang-Undang Dasar 1945
pasal 31 ayat 1 sampai 5, yang berbunyi :
a.
“ Setiap warga Negara berhak mendapatkan pendidikan “.
b.
“ Setiap warga Negara wajib mengikuti pendidikan dasar
dan pemerintah wajib membiayainya “.
c.
“ Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu
sistem pendidikan nasional “.
d.
“ Negara memprioritaskan anggaran pendidikan
sekurang-jkurangnya 20% dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah “.
e.
“ Pemerintah
memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menjunjung tinggi nilai-nilai
agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban serta kesejahteraan manusia
“.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa
dengan diwajibkannya Program WAJAR 9 tahun ini, semakin memperjelas mengenai
peranan sila ke-5 Pancasila dalam mewujudkan salah satu tujuan negara, yaitu
untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dengan memberikan pendidikan secara layak
dan adil untuk setiap warga Negara Indonesia.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Jadi,
dari makalah diatas dapat disimpulkan bahwa nila-nilai yang terkandung dalam
pancasila sangat berpengaruh dalam perkembangan pendidikan diindonesia. Karena
nilai-nilai tersebut mengatur progam wajib belajar yang dapat dijadikan sarana untuk meningkatkan persatuan dengan pola pikir pancasila
yang selalu diterapkan dilingkungan pendidikan.
B.
Saran
Program Wajib
Belajar ini ditujukan oleh seluruh anak Bangsa Indonesia untuk menjadi generasi
penerus bangsa yang berpendidikan dan diharapkan
jumlah anak putus sekolah (drop out) bisa diminimalisir dan salah satu strategi
untuk meningkatkan mutu pendidikan Indonesia.Penuntasan Wajib Belajar 9 Tahun adalah program nasional. Oleh karena itu,
untuk mensukseskan program itu perlu kerjasama umtuk tetap meningkatkan
partisipasinya dalam Program Wajib Belajar 9 Tahun.
Sebagai masyarakat yang baik kita
harus ikut berpartisipasi dan ikut serta dalam mendukung wajib belajar 9 tahun,
karena program ini sangat baik untuk meningkatkan kesadaran dan tanggung jawab
kita semua terhadap masa depan generasi penerus bangsa yang berkualitas serta
upaya mencerdaskan kehidupan bangsa.
DAFTAR
PUSTAKA
http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2010/05/peranan-pancasila/,Tanggal
05/03/2013 pukul 11:40
Rukiyati, M.Hum., dkk. 2008, Pendidikan Pancasila,Yogyakarta:
UNY press
Undang-Undang Dasar 1945, BAB
XIII, Pasal 31 ayat (1) Tap MPR No II Tahun 1978 (Jack Corley dan Thomas
Philip. 2000)
MAKALAH PERUBAHAN PSIKOLOGI PADA MASA REMAJA
MAKALAH PSIKOLOGI
PERUBAHAN
PSIKOLOGI PADA REMAJA
Disusun
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Psikologi Ibu
dan Anak
NAMA
KELOMPOK 1
KELAS : I B
1.
Endang Sriyani (120044)
2.
Maria Susi Handayani (120045)
3.
Tsalisatul Amna Zain (120046)
4.
Aulia Anindita (120047)
5.
Veni Dian Fatmawati (120048)
6.
Meida Fajarsari (120049)
7.
Nazat Sakinah (120050)
8.
Dyah Ayu Kumalasari (120051)
9.
Novita Sari (120052)
10.
Rahayu Endang Palupi
Natalia (120053)
11.
Anggun Larasati (120054)
AKADEMI KEBIDANAN YOGYAKARTA
YOGYAKARTA
2012
BAB
1
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Menurut Santrock (2003) bahwa remaja (adolescene) diartikan sebagai masa
perkembangan transisi antara masa anak-anak dan masa dewasa yang mencakup
perubahan biologis, kognitif, sosial emosional. Sedangkan menurut
Rumini dan Sundari (2004) remaja adalah peralihan dari masa anak-anak dengan
masa dewasa yang mengalami perkembangan semua aspek atau fungsi untuk memasuki
masa dewasa.
Masa remaja adalah masa datangnya
pubertas 11-14 tahun sampai usia sekitar 18 tahun yang merupakan masa
transisi dari kanak-kanak ke dewasa. Masa ini hampir selalu merupakan
masa-masa sulit bagi remaja maupun orang tuanya. Masa perkembangan itu
merupakan suatu tugas yang muncul pada periode tertentu dalam rentang kehidupan
individu, yang
apabila tugas itu dapat berhasil di tuntaskan akan membawa kebahagiaan dan
kesuksesan dalam menuntaskan tugas-tugas berikutnya, sementara apabila gagal,
maka akan menyebabkan ketidak bahagiaan
pada diri individu yang bersangkutan, menimbulkan penolakan masyarakat, dan
kesulitan-kesulitan dalam menyelesaikan tugas-tugas berikutnya (Monks, 2003).
Permasalahan yang sering muncul sering kali
disebabkan ketidaktahuan para orang tua dan pendidik tentang berbagai tuntutan
psikologi ini, sehingga perilaku mereka seringkali tidak mampu mengarahkan
remaja menuju perkembangan mereka. Bahkan tidak jarang orang tua dan pendidik
mengambil sikap yang tidak sejalan dari
yang seharusnya diharapkan, sehingga
semakin mengacaukan perkembangan diri para remaja tersebut. Dengan demikian di
harapkan para orang tua dan pendidik dapat memberikan motivasi yang tepat untuk
mendorong remaja menuju pada kepenuhan dirinya
(Stice dan Whitenton, 2002).
(Stice dan Whitenton, 2002).
B. Rumusan
Masalah
1. Apa
pengertian dari remaja?
2. Apa
saja ciri-ciri pada remaja?
3. Apa
saja tahap-tahap pada perkembangan remaja?
4. Faktor
– faktor apa saja yang mempengaruhi perkembangan remaja?
5. Apa
saja perubahan fisik
dan pisikologis pada masa remaja?
6. Apa
saja tugas – tugas perkembangan pada masa remaja?
7. Apa
saja permasalahan pada masa remaja?
8. Bagaimana
cara mengatasi masalah pada remaja?
C. Tujuan
1. Untuk
mengetahui pengertian dari remaja.
2. Untuk
mengetahui ciri-ciri pada remaja.
3. Untuk
mengetahui tahap-tahap pada perkembangan remaja.
4. Untuk
mengetahui Faktor – faktor yang mempengaruhi perkembangan remaja.
5. Untuk
mengetahui perubahan fisik
dan pisikologis pada masa remaja.
6. Untuk
mengetahui tugas – tugas perkembangan pada masa remaja.
7. Untuk
mengetahui permasalahan pada masa remaja.
8. Untuk
mengetahui cara mengatasi masalah pada remaja.
BAB
II
TINJAUAN
TEORI
A. Pengertian
Remaja
1.
Menurut Rumini
dan Sundari (2004), remaja
adalah peralihan dari masa anak dengan masa dewasa yang mengalami perkembangan
semua aspek atau fungsi
untuk memasuki masa dewasa. Masa remaja berlangsung antara umur 12 tahun
sampai dengan 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai dengan 22 tahun bagi pria.
2.
Menurut Santrock
(2003), masa remaja diartikan
sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa yang
mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional.
3.
Menurut
Pardede (2002), masa remaja merupakan suatu fase perkembangan yang dinamis dalam
kehidupan seorang individu. Masa ini merupakan periode transisi dari masa anak
ke masa dewasa yang ditandai dengan percepatan perkembangan fisik, mental,
emosional dan sosial yang berlangsung pada dekade kedua kehidupan.
B. Ciri-ciri
Remaja
Ciri-ciri
Remaja adalah sebagai berikut:
1.
Pemekaran
diri sendiri (extension of the self)
Ditandai
dengan kemampuan seorang
untuk menganggap orang atau hal lain sebagai bagian dari diri sendiri juga.
Perasaan egoisme
(mementingkan diri sendiri) berkurang sebaliknya tumbuh perasaan ikut memiliki,
salah satu
tanda yang khas adalah tumbuhnya kemampuan untuk mencintai orang lain dan alam sekitarnya. Kemampuan
untuk bertenggang rasa dengan orang yang dicintainya untuk ikut merasakan penderitaan
yang dialami oleh orang yang dicintainya, menunjukkan adanya tanda-tanda kepribadian dewasa (mature
personality) ciri lain adalah berkembangnya ego ideal berupa cita-cita, idola dan
sebagainya yang menggambarkan wujud ego (diri sendiri) di masa depan (Hurlock, 2002).
2.
Kemampuan
untuk melihat diri sendiri secara obyektif (self objectivication)
Ditandai
dengan kemampuan untuk mempunyai wawasan tentang diri sendiri (self insight)
dan kemampuan
untuk menangkap humor (sense of humor) terrmasuk yang menjadikan dirinya sendiri sebagai
sasaran. Dia tidak marah jika dikritik pada saaat-saat yang yang diperlukan ia
dapat melepaskan
diri dari dirinya sendiri dan meninjau dirinya sendiri sebagai orang luar (Hurlock, 2002).
3.
Memiliki
falsafah hidup tertentu (unifying philosophy of life)
Hal itu dapat dilakukan tanpa perlu
merumuskannnya dan mengucapkankannya dalam kata-kata. Orang yang sudah dewasa tahu
dengan tepat tempatnya dalam rangka susunan objek-objek lain di dunia. Ia tahu kedudukannnya
dalam masyarakat ia
paham bagaimana seharusnya ia bertingkah laku orang seperti ini tidak lagi mudah
terpengaruh dan pendapatnya serta sikap sikapnya cukup jelas dan tegas (Chaplin, 2004).
C. Tahap –
tahap Perkembangan Remaja
Tahap-tahap perkembangan remaja menurut
Stevenson (2002) adalah sebagai berikut:
1.
Periode masa
pra pubertas usia 12-18 tahun
Masa
pra pubertas merupakan masa peralihan dari
akhir masa kanak-kanak ke masa awal pubertas. Ciri-cirinya:
a.
Anak tidak suka
diperlakukan seperti anak kecil lagi
b.
Anak mulai bersikap
kritis
2.
Masa pubertas usia 14-16
tahun merupakan masa remaja awal.
Ciri-cirinya:
a. Mulai
cemas dan bingung tentang perubahan fisiknya
b. Memperhatikan
penampilan
c. Sikapnya
tidak menentu/plin-plan
d. Suka
berkelompok dengan teman sebaya dan senasib
3.
Masa akhir pubertas usia 17-18
tahun merupakan peralihan dari masa
pubertas ke masa adolesen. Ciri-cirinya:
a. Pertumbuhan
fisik sudah mulai matang tetapi kedewasaan psikologisnya belum tercapai
sepenuhnya
b. Proses
kedewasaan jasmaniah pada remaja putri lebih awal dari remaja pria.
4. Periode remaja adolesen usia
19-21 tahun merupakan masa akhir Remaja.
Beberapa sifat penting pada masa ini adalah:
a.
Perhatiannya tertutup
pada hal-hal realistis
b. Mulai
menyadari akan realitas
c.
Sikapnya mulai jelas
tentang hidup
d.
Mulai nampak bakat dan
minatnya
D. Aspek-aspek Perkembangan Remaja
1. Perkembangan fisik
Menurut Papalia dan Olds (2001), yang dimaksud
dengan perkembangan fisik adalah perubahan-perubahan pada tubuh, otak,
kapasitas sensoris dan ketrampilan motorik. Perubahan pada tubuh ditandai
dengan pertambahan tinggi dan berat tubuh, pertumbuhan tulang dan otot, dan
kematangan organ seksual dan fungsi reproduksi. Tubuh remaja mulai beralih dari
tubuh kanak-kanak yang cirinya adalah pertumbuhan menjadi tubuh orang dewasa
yang cirinya adalah kematangan. Perubahan fisik otak sehingga strukturnya
semakin sempurna meningkatkan kemampuan kognitif.
2.
Perkembangan Kognitif
Seorang remaja
termotivasi untuk memahami dunia karena perilaku adaptasi secara biologis
mereka. Dalam pandangan Piaget, remaja secara aktif membangun dunia kognitif
mereka, di mana informasi yang didapatkan tidak langsung diterima begitu saja
ke dalam skema kognitif mereka. Remaja sudah mampu membedakan antara hal-hal
atau ide-ide yang lebih penting dibanding ide lainnya, lalu remaja juga
menghubungkan ide-ide tersebut. Seorang remaja tidak saja mengorganisasikan apa
yang dialami dan diamati, tetapi remaja mampu mengolah cara berpikir mereka
sehingga memunculkan suatu ide baru.
Perkembangan kognitif adalah perubahan kemampuan mental seperti belajar, memori, menalar, berpikir, dan bahasa. Piaget mengemukakan bahwa pada masa remaja terjadi kematangan kognitif, yaitu interaksi dari struktur otak yang telah sempurna dan lingkungan sosial yang semakin luas untuk eksperimentasi memungkinkan remaja untuk berpikir abstrak. Piaget menyebut tahap perkembangan kognitif ini sebagai tahap operasi formal (Papalia & Olds, 2001).
Perkembangan kognitif adalah perubahan kemampuan mental seperti belajar, memori, menalar, berpikir, dan bahasa. Piaget mengemukakan bahwa pada masa remaja terjadi kematangan kognitif, yaitu interaksi dari struktur otak yang telah sempurna dan lingkungan sosial yang semakin luas untuk eksperimentasi memungkinkan remaja untuk berpikir abstrak. Piaget menyebut tahap perkembangan kognitif ini sebagai tahap operasi formal (Papalia & Olds, 2001).
3. Perkembangan kepribadian dan sosial
Menurut Papalia & Olds (2001) yang
dimaksud dengan perkembangan kepribadian adalah perubahan cara individu
berhubungan dengan dunia dan menyatakan emosi secara unik sedangkan
perkembangan sosial berarti perubahan dalam berhubungan dengan orang lain.
Perkembangan kepribadian yang penting pada masa remaja adalah pencarian
identitas diri. Yang dimaksud dengan pencarian identitas diri adalah proses
menjadi seorang yang unik dengan peran yang penting dalam hidup (Erikson dalam
Papalia & Olds, 2001).
E. Faktor
– faktor yang Mempengaruhi
Perkembangan Remaja
Faktor-faktor
yang mempengaruhi perkembangan remaja adalah sebagai berikut:
1. Faktor Pribadi
Setiap anak berkepribadian khusus. Keadaan khusus pada anak bisa
menjadi sumber munculnya berbagai perilaku menyimpang. Keadaan khusus ini
adalah keadaan konstitusi, potensi, bakat, atau sifat dasar pada anak yang
kemudian melalui proses perkembangan, kematangan, atau perangsangan dari lingkungan,
menjadi aktual, muncul, atau berfungsi
(Lester, 2004).
(Lester, 2004).
Seorang anak bisa bertingkah laku tertentu sebagai bentuk
pelarian-pelarian karena ia mengalami kesulitan dalam mengikuti
pelajaran-pelajaran di sekolah. (Liebert, 2003) Kesulitan ini bersumber pada
kemampuan dasar yang kurang baik, taraf kemampuannya terletak di bawah
rata-rata. Pelajaran yang dalam kenyataannya terlalu berat bagi anak, menjadi
beban yang menekannya sehingga ia selalu berada dalam keadaan tegang, tertekan,
dan tidak bahagia. Sehubungan dengan masalah pelajaran ini, perasaan-perasaan
tertekan dan beban yang tidak sanggup dihadapi juga dapat timbul karena berbagai
hal yang lain seperti berikut ini:
a. Tuntutan dari pihak orang tua
terhadap prestasi anak yang sebenarnya melebihi kemampuan dasar yang dimiliki
anak. Berbagai ungkapan yang sebenarnya keliru sering terdengar dari orang tua,
seperti: "Sebenarnya anak saya tidak bodoh, tetapi ia malas" atau
"Saya tidak mengharap anak saya mendapat angka 9, asal cukup saja, karena
ia sebenarnya bisa."
b. Tuntutan terhadap anak agar ia bisa
memperlihatkan prestasi-prestasi seperti yang diharapkan orang tua. Pada
kenyataannya, anak tidak bisa memenuhinya karena masa-masa perkembangannya
belum siap untuk bisa menerima kualitas dan intensitas rangsangan yang
diberikan. Hal ini sering terjadi pada anak di bawah umur.
c. Tekanan dari orang tua agar anak
mengikuti berbagai kegiatan, baik yang berhubungan dengan pelajaran-pelajaran
sekolah maupun kegiatan-kegiatan lain yang berhubungan dengan pengembangan
bakat dan minat. Seorang anak memperlihatkan sikap-sikap negatif terhadap
pelajaran karena ia harus bersekolah di dua tempat, yaitu di sekolah dan di tempat les privat atau
bimbingan belajar
yang waktu belajarnya bahkan lebih lama dari sekolah biasa daripada di sekolah
biasa.
d. Kekecewaan pada anak karena tidak berhasil
memasuki sekolah atau jurusan yang dikehendaki dan yang tidak dinetralisasikan
dengan baik oleh orang tua. Atau kekecewaan pada anak karena ia tidak berhasil
memuaskan keinginan-keinginan atau harapan-harapan orang tua. Kekecewaan yang
berlanjut pada penilaian bahwa harga dirinya tidak perlu dipertahankan karena
orang tua tidak mencintainya lagi.
Dari uraian di atas, dijelaskan bahwa masalah yang berkaitan dengan masalah sekolah,
masalah belajar, prestasi, dan potensi (bakat) bisa menjadi sumber timbulnya
berbagai tekanan dan frustrasi. Hal tersebut dapat mengakibatkan
reaksi-reaksi perilaku nakal atau penyalahgunaan obat terlarang
(Libert, 2003).
2.
Faktor Keluarga
Keluarga adalah unit sosial yang paling kecil dalam
masyarakat. Meskipun demikian, peranannya besar sekali terhadap
perkembangan sosial, terlebih pada awal-awal perkembangan yang menjadi landasan
bagi perkembangan kepribadian selanjutnya. Anak yang baru dilahirkan berada
dalam keadaan lemah, tidak berdaya, bisa
melakukan apa-apa, tidak bisa mengurus diri sendiri, dan tidak bisa memenuhi
kebutuhan-kebutuhannya sendiri. Jadi, ia tergantung sepenuhnya dari lingkungan
hidupnya, yakni lingkungan keluarga, dan lebih luas lagi lingkungan sosialnya
(Prawirosudirjo, 2003).
(Prawirosudirjo, 2003).
Dalam perkembangannya, anak membutuhkan uluran tangan dari
orang lain agar bisa melangsungkan hidupnya secara layak dan wajar. Anak yang
baru dilahirkan bisa diibaratkan sebagai sehelai kertas putih yang masih polos.
Bagaimana jadinya kertas putih tersebut pada kemudian hari tergantung dari
orang yang akan menuliskannya. Jadi, bagaimana kepribadian anak pada kemudian hari
tergantung dari bagaimana ia berkembang dan dikembangkan oleh lingkungan hidupnya,
terutama oleh lingkungan keluarganya. Lingkungan keluarga berperan besar karena
merekalah yang langsung atau tidak langsung terus-menerus berhubungan dengan
anak, memberikan perangsangan (stimulasi) melalui berbagai corak komunikasi
antara orang tua dengan anak (Prawirosudirjo, 2003).
Seiring dengan tumbuh kembang anak, akan lebih banyak lagi
sumber-sumber untuk mengembangkan kepribadian anak. Lingkungan keluarga
seringkali disebut sebagai lingkungan pendidikan informal yang memengaruhi
berbagai aspek perkembangan anak. Adakalanya, hal ini berlangsung melalui
ucapan-ucapan atau perintah-perintah yang diberikan secara langsung untuk
menunjukkan apa yang seharusnya diperlihatkan atau dilakukan oleh anak.
Adakalanya pula, orang tua bersikap atau bertindak sebagai patokan, sebagai
contoh atau model agar ditiru. Kemudian, apa yang ditiru akan meresap dalam
diri anak dan menjadi bagian dari kebiasaan bersikap dan bertingkah laku, atau
bagian dari kepribadiannya (Payne, 2002).
Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, orang tua jelas
berperan besar dalam perkembangan kepribadian anak. Orang tua menjadi faktor penting
dalam menanamkan dasar kepribadian yang ikut menentukan corak dan gambaran
kepribadian seseorang setelah dewasa. Jadi, gambaran kepribadian yang terlihat
dan diperlihatkan seorang remaja, banyak ditentukan oleh keadaan serta
proses-proses yang ada dan yang terjadi sebelumnya. Lingkungan rumah, khususnya
orang tua, menjadi teramat penting sebagai tempat persemaian dari benih-benih
yang akan tumbuh dan berkembang lebih lanjut. Pengalaman buruk dalam keluarga
akan buruk pula diperlihatkan terhadap lingkungannya. Perilaku negatif dengan
berbagai coraknya adalah akibat dari suasana dan perlakuan negatif yang dialami
dalam keluarga. Hubungan antar pribadi dalam keluarga, yang
meliputi pula hubungan antar saudara, menjadi faktor penting yang
mendorong munculnya perilaku yang tergolong nakal (Payne, 2002).
Agar terjamin hubungan yang baik dalam keluarga, dibutuhkan
peran aktif orang tua untuk membina hubungan-hubungan yang serasi dan harmonis
di antara semua pihak dalam keluarga. Namun, yang tentunya terlebih dahulu
harus diperlihatkan adalah hubungan yang baik di antara suami dan istri (Payne, 2002).
3. Lingkungan Sosial dan Dinamika
Perubahannya
Lingkungan sosial dengan berbagai ciri khusus yang
menyertainya memegang peranan besar terhadap munculnya corak dan gambaran
kepribadian pada anak. Apalagi kalau tidak didukung oleh
kemantapan dari kepribadian dasar yang terbentuk dalam keluarga. Kesenjangan
antara norma, ukuran, patokan dalam keluarga dengan lingkungannya perlu
diperkecil agar tidak timbul keadaan timpang atau serba tidak menentu, suatu
kondisi yang memudahkan munculnya perilaku tanpa kendali, yakni penyimpangan
dari berbagai aturan yang ada. Kegoncangan memang mudah timbul karena kita
berhadapan dengan berbagai perubahan yang ada dalam masyarakat (Ellis, 2001).
Dalam kenyataannya, pola kehidupan dalam keluarga dan
masyarakat sssdewasa
ini, jauh berbeda dibandingkan dengan kehidupan beberapa puluh tahun yang lalu. Terjadi berbagai pergeseran nilai
dari waktu ke waktu~ seiring dengan perubahan yang
terjadi dalam masyarakat. Bertambahnya penduduk yang demikian
pesat, khususnya di kota-kota besar, mengakibatkan ruang hidup dan ruang
lingkup kehidupan menjadi bertambah sempit. Urbanisasi yang terus-menerus
terjadi sulit dikendalikan, apalagi ditahan, menyebabkan laju kepadatan
penduduk di kota besar sulit dicegah. Dinamika hubungan menjadi lebih besar,
sekaligus menjadi lebih longgar, kurang intensif, dan kurang akrab. Dalam
kondisi seperti ini, sikap yang menjadi ciri dari kehidupan masyarakat yang
padat yaitu: individualistis, kompetitif, dan
materialistis, amat mudah timbul. Sesuatu yang sebenarnya wajar, sesuai dengan
hakikat kehidupan, hakikat perjuangan hidup untuk mempertahankan kelangsungan
hidupnya dengan memenuhi kebutuhan paling pokok dari sistem kebutuhan, yakni
makanan (Santrock,
2002).
Pengaruh pribadi terhadap pribadi lain di rumah, di kantor,
dan di mana saja yang memungkinkan hubungan yang cukup sering terjadi, akan
memengaruhi kehidupan pribadi, kehidupan dalam keluarga, dan kehidupan
sosialnya. Banyak kota yang sedang berkembang menjadi tempat pertemuan,
percampuran antara berbagai corak kebudayaan, adat istiadat, termasuk bahasa
dan sistem nilai sikap. Tidak mustahil dalam keadaan seperti itu, muncul
ketidakserasian dan ketegangan yang berdampak pada sikap, perlakuan negatif
orang tua terhadap anak, dan lebih lanjut dalam lingkungan pergaulan (Santrock,
2002).
Lingkungan pergaulan anak adalah sesuatu yang harus dimasuki
karena di lingkungan tersebut seorang anak bisa terpengaruh ciri
kepribadiannya, tentunya diharapkan terpengaruh oleh hal-hal yang baik. Di samping itu, lingkungan pergaulan
adalah sesuatu kebutuhan dalam pengembangan diri untuk hidup bermasyarakat. Karena itu, lingkungan sosial
sewajarnya menjadi perhatian kita semua, agar bisa menjadi lingkungan yang
baik, yang bisa meredam dorongan-dorongan negatif atau patologis pada anak
maupun remaja (Santrock, 2002).
F.
Perubahan Fisik dan Psikologis pada Remaja
Perubahan fisik dan psikologis
pada remaja menurut Prawirosudirjo (2003) sebagai berikut:
1. Perubahan Fisik
a. Perubahan
fisik pada wanita remaja antara lain:
1)
Pertumbuhan fisik lebih
menonjol, tinggi dan besar badannya
2)
Kulit menjadi lebih
halus
3)
Buah dada (payudara)
membesar
4)
Timbunan lemak pada
bagian badan tertentu lebih banyak: pinggul, pantat, sekitar dada, sekitar
pinggang tampak kecil atau ramping
5)
Suara meninggi satu
oktaf
6)
Tumbuh rambut pada
bagian tubuh tertentu, sekitar kemaluan dan ketiak
b. Perubahan fisik pada laki-laki Remaja
1)
Testil membesar
2)
Tumbuh rambut pada
bagian tertentu, kumis, janggut, sekitar dada, ketiak dan sekitar kemaluan.
3)
Suara menurun satu
oktaf lebih rendah nadanya
4)
Mimpi basah
2.
Perubahan psikologis pada remaja
a. Perubahan psikologi pada wanita remaja
1)
Pasif dan menerima
2)
Cenderung menerima
perlindungan
3)
Minatnya tertuju pada
hal yang sifatnya emosional dan kongkrit
4)
Berusaha mengikuti dan
mengenang orang lain
5)
Sifatnya subyektif
b. Perubahan psikologi pada laki-laki remaja
1)
Aktif memberi
2)
Cenderung
memberikan perlindungan
3)
Minatnya tertuju
pada hal-hal yang bersifat interaktual abstrak
4)
Berusaha memutuskan
sendiri dan ikut bicara
5)
Sifatnya objektif
G. Tugas-tugas Perkembangan pada Masa Remaja
Menurut
Hurlock (Dalam Ali, 2002), tugas-tugas perkembangan masa remaja, yaitu:
1.
Mampu menerima keadaan fisiknya
2.
Mampu menerima dan memahami peran seks usia dewasa
3.
Mampu membina hubungan baik dengan anggota kelompok yang berlainan jenis
4.
Mencapai kemandirian emosional
5.
Mencapai kemandirian ekonomi
6.
Mengembangkan konsep dan keterampilan intelektual yang sangat diperlukan
untuk melakukan peran sebagai anggota masyarakat
7.
Memahami dan menginternalisasikan nilai-nilai orang dewasa dan orang tua
8.
Mengembangkan perilaku tanggung jawab sosial yang diperlukan untuk
memasuki dunia dewasa
9.
Mempersiapkan diri untuk memasuki perkawinan
10.
Memahami dan mempersiapkan berbagai tanggung jawab kehidupan keluarga
H. Permasalahan pada Masa Remaja
Permasalahan
pada masa remaja
menurut Stevenson (2002) adalah sebagai berikut:
Kebanyakan anak yang dalam masa remaja pasti
menginginkan masa remaja mereka ingin sempurna dan di perhatikan oleh keluarga
terutama pada ayah dan ibu. Tapi
bagi sebagian mereka yang masa remajanya ingin sempurna harus meninggalkan
sedih di hati karena harus menghabiskan masa remaja mereka di jalanan bergabung
dengan mereka yang masa remajanya kurang beruntung, itu semua terjadi karena
pertengkaran yang terjadi pada orang tua dan melibatkan anak – anak mereka yang
tidak seharusnya terlibat, karena kalau orang tua melibatkan masalah mereka
kepada anaknya bisa membuat anak tersebut berpikir yang harusnya belum dia
pikirkan dan bisa membuat dia menjadi depresi.
Dalam masa remaja ini kita bisa mengenal yang namanya
cinta biarpun yang di bilang itu cinta monyet,
tapi gara – gara cinta bisa merusak masa remaja kita apa lagi kalau kita semua
sudah mengenal free sex (seks bebas).
Dalam kalangan remaja tidak mungkin tidak tahu yang
namanya cinta, tapi inilah masalah yang sering terjadi di saat kita hanyut
dengan cinta. Kita bisa saja melakukan apa saja untuk sampai – sampai kita bisa
melupakan keluarga kita sendiri.
Lingkungan sangat berperan penting dalam masa remaja karena lingkungan sanga mempengaruhi masa pertumbuhan remaja. Jika lingkungan yang
ditempati baik maka berdampak positif terhadap remaja itu dan sebaliknya, Jika lingkungan yang di
tempati itu buruk, maka berdampak negatif bagi perkembangan remaja. Maka dari itu kita harus bisa menentukan mana yang baik dan yang buruk.
I.
Cara
Mengatasi Masalah Remaja
Cara
mengatasi masalah
remaja menurut Stevenson (2002) adalah sebagai
berikut:
1.
Masalah
Keluarga
Dalam permasalahan remaja
orang tua sangat berperan penting terhadap perkembangan psikologi seorang
anak, sehingga orang tua harus lebih memperhatikan perilaku seorang anak.
Jadi, sebagai orang tua kita harus lebih terbuka terhadap masalah-masalah
yang ada pada keluarga, agar tercipta kenyamanan dan keharmonisan dalam
keluarga.
2.
Masalah
Percintaan
Dalam masalah percintaan
remaja harus mengetahui batasan-batasan dalam berpacaran, agar tidak terjerumus dalam pergaulan bebas (free seks). Oleh
sebab itu remaja di harapkan lebih mendekatkan diri kepada-Nya.
3.
Masalah
Lingkungan
Dalam masalah lingkungan,
remaja harus bisa membatasi pergaulan dan bisa memilih mana pergaulan yang
positif dan negatif. Karena, lingkungan juga berperan penting terhadap
perubahan perkembangan remaja.
DAFTAR PUSTAKA
Crow,
2004, Educational Psychology,
American Book Company, New York.
Hurlock,
2002, Developmental Psychology,
McGraw Hill Book Company, Inc., New York.
Liebert.,
2003, Development Psychology,
Prentice Hall, Inc., New York.
Piaget,
2001, The Construction of Reality in
the Child, Translated by Margaret Cook, Inc., New York.
Prawirosudirjo,
2003, Menginjak Masa Remaja,
Bhratara Karya Aksara, Jakarta.
Chaplin
J.P, 2004, Dictionary of Psychologi,
Dell Publishing Co, Inc., New York.
Ellis,
2001, Studies in the Psychologie of Sex,
Rancom House, New York.
Payne,
2002, Conception of Feminity, Brit.
J.M. Psychologie, New York.
Stevenson, 2002, Psychologie des Jungmadchens, Quella
dan Meyer, Heidelburg.
|
PERTANYAAN
1. Kapan
pertama kali anda mengalami menstruasi?
2. Bagaimana
perasaan anda pada saat mengalami menstruasi pertama?
3. Pernahkah
anda mengalami permasalahan pada saat menstruasi?
4.
Dapatkah anda
mengontrol emosi anda di saat anda marah?
5.
Apakah anda mengalami
kesulitan di saat mengatur emosi anda sendiri?
6.
Di saat anda mengalami
emosi hal apakah yang akan anda lakukan untuk meredakan emosi anda?
7. Setujukah
anda jika kedua orang tua anda menuntut untuk dapat meraih prestasi-prestasi
dalam pembelajaran di kampus?
a. Setuju
b. Tidak
setuju
8. Apakah
anda merasa tertekan dengan tuntutan tersebut?
a. Iya
b. Tidak
9. Bagaimanakah
perasaan anda jika anda tidak berhasil masuk dalam universitas yang anda
inginkan?
10. Apa
yang akan anda lakukan untuk kembali
membangkitkan semangat anda setelah mengalami kegagalan tersebut?
11. Apakah ada perubahan dari fisik anda yang
cenderung menonjol?
a. Iya
b. Tidak
12. Setelah
terjadi perubahan fisik pada diri anda apakah anda merasa kurang percaya diri
pada saat bergaul dengan teman anda?
13. Apakah
permasalahan tersebut mengganggu aktifitas anda?
14. Perbedaan
apa yang anda alami pada saat memasuki masa peralihan SMA ke jenjang
perkuliahan?
15. Persiapan
apa sajakah yang telah anda siapkan untuk menghadapi masa peralihan tersebut?
16. Bagaimana
cara anda untuk dapat beradaptasi dengan lingkungan baru anda?
17. Apakah
anda mengalami kesulitan dalam beradaptasi dengan lingkungan baru anda?
18. Apa
yang akan anda lakukan untuk melindungi diri anda dari pengaruh buruk pergaulan
di lingkungan baru anda?
19. Pernahkah
anda mengalami kesulitan dalam proses pembelajaran di kampus?
a. Iya
b. Tidak
20. Pernahkah
anda mengalami kesulitan dalam pergaulan di kampus?
a. Iya
b. Tidak
21. Apakah anda tertarik dalam mengikuti kegiatan-kegiatan di
kampus?
a.
Iya
b.
Tidak
22. Bagaimana
cara anda membagi waktu antara tugas dan kegiatan kampus?
23. Bagaimana
cara anda mengatur keuangan ketika jauh dari orang tua?
24. Pernahkah
anda mengalami kesulitan dalam mengatur keuangan anda?
25. Sejak
kapan anda mulai merasakan ketertarikan kepada lawan jenis?
26. Bagaimana
pendapat orang tua anda mengenai ketertarikan anda terhadap lawan jenis?
27. Menurut
anda bagaimana cara menyikapi perbedaan antar teman?
28. Ketika
anda mengalami permasalahan kepada siapakah anda sering berbagi cerita?
29. Apakah
orang tersebut dapat memberikan solusi yang terbaik dalam menyelesaikan masalah
anda?
30. Dampak
apakah yang anda rasakan setelah anda menceritakan semua masalah anda kapada
orang lain?
Langganan:
Postingan (Atom)